- PENDAHULUAN
Otitis
media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer
atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2
bulan.
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis
media supuratif kronis apabila prosesnya lebih dari 2 bulan. Beberapa
faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat
diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk.1
Secara klinis OMSK
dapat dibagi atas 2 tipe yaitu : tipe tubotimpanal (tipe mukosa =
tipe benigna) dan tipe atikoantral (tipe tulang = tipe maligna.
Otitis media supuratif, baik akut maupun kronik, mempunyai potensi
untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam
kesehatan dan menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini bergantung
pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi
didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman pun
dapat menyebabkan suatu komplikasi, bila terinfeksi kuman yang
virulen. Dengan tersedianya antibiotik
mutakhir komplikasi otogenik menjadi jarang. 2,3
Otitis media
supuratif, baik yang akut maupun kronis, mempunyai potensi untuk
menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan
dan dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada
kelainan patologik yang menyebabkan otore. Biasanya komplikasi
didapatkan pada pasien OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman pun
dapat meyebabkan suatu komplikasi bila terinfeksi kuman yang virulen.
Dengan tersedianya antibiotika mutahir komplikasi otogenik menjadi
semakin jarang. Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan gejala dan
tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kurang jelas. Hal tersebut
menyebabkan pentingnya mengenal pola penyakit yang berhubungan dengan
komplikasi ini.1
Complikasi
akut dan kronik otitis media jarang terjadi tetapi serius dan
bersifat letal. Komplikasi kranial terjadi pada bagian tulang
temporal cranium dan komplikasi intrakranial terjadi ketika infeksi
telah menyebar ke tulang temporal. Komplikasi ini terjadi pada semua
umur, tapi 75%nya terjadi pada dua decade pertama kehidupan mereka.
Dengan alasan yang belum jelas laki-laki terkena dua kali lebih
sering dibandingkan dengan perempuan. Insiden tertinggi terjadi pada
pada masyarakat miskin dan hidup pada daerah yang terlalu padat,
memiliki personal higieniti yang rendah, kesehatan yang buruk,
terjadinya resistensi terhadap infeksi dan kurangnya pengetahuan atau
terbatasnya akses kesehatan. Tidak mengherankan dua atau tiga
komplikasi dapat muncul secara bersamaan. Istilah komplikasi kronik
jika infeksi cranial dan intra cranial telah menetap lebih dari 8
minggu.4
- ANATOMI
Bagian-bagian dari
os temporale yang membentuk norma lateralis adalah :
- Pars squamosa, mengadakan persendian dengan margo inferior os parietale, membentuk sutura squamosa. Ke arah anterior mengadakan persendian dengan ala magna ossis sphenoidalis. Pars squamosa membentuk processus zygomaticus (= zygoma), menonjol ke anterior mengadakan persendian dengan os zygomaticum, membentuk arcus zygomaticus, yang dapat dipalpasi in vivo. Margo superior dari arcus zygomaticus berada setinggi margo inferior hemispherium cerebri; di tempat ini melekat fascia temporalis. Pada margo inferior dan facies medialis arcus zygomaticus terdapat origo dari m.masseter. Margo inferior dan facies medialis arcus zygomaticus di bagian sebelah dorsal dari tuberculum articulare terletak caput mediale, yang mengadakan persendian dengan fossa mandibularis membentuk articulatio temporamandibularis. Di sebelah dorsal caput mandibulae terletak meatus acusticus externus, panjang 3 – 4 cm dan mencapai dorsal membentuk tuberculum articulare, tempat melekat ligamentum laterale. Di membrana tympani, sepertiga bagian lateralnya dibentuk oleh cartilago sehingga tidak diketemukan pada preparat kering. Atap dan dinding posterior dari meatus acusticus externus dibentuk oleh pars squamosa ossis temporalis, dan bagian lainnya dibentuk oleh pars tympanica ossis temporalis. Ujung medial darimeatus acusticus externus terpisah ari cavitas tympanica oleh membrana tympani. Cavum tympani adalah sebuah lubang yang terdapat di dalam os temporale. Di sebelah cranio-dorsal meatus acusticus externus terdapat suatu cekungan berbentuk segitiga, disebut foveola suprameatica. Kira-kira 1 cm di sebelah medial dari foveola suprameatica terdapat antrum mastoideum, yaitu salah satu rongga yang terdapat di dalam os temporale.5
- Pars tympanica, membentuk lantai dan dinding anterior meatus acusticus externus.5
- Pars styloideus, membentuk processus styloideus, suatu tonjolan tulang yang memanjang, runcing, kadang-kadang berukuran 8 cm, yang merupakan penonjolan ke arah caudo-lateral. Antara processus styloideus dan os hyoideum terdapat ligamentum stylohyoideum. Pada processus styloideus terdapat origo dari m.styloideus, m.styloglossus dan m.stylopharyngeus, dan juga tempat perlekatan dari ligamentum stylomandibulare. Di sebelah lateral dari processus styloideus terdapat glandula parotis.5
- Pars mastoidea, merupakan bagian posterior dari os temporale, bersatu dengan pars squamosa. Pada usia dewasa pars mastoidea mengandung rongga-rongga kecil berisi udara, membentuk cellulae mastoidea dan mengadakan hubungan dengan telinga bagian tengah (middle ear) melalui antrum mastoideum. Pada pars mastoidea ini terdapat processus mastoideus, sebuah penonjolan agak bulat, yang pada waktu lahir belum terbentuk dan berkembang mengikuti pertumbuhan anak. Posisi kedua processus mastoideus berada pada satu garis lurus dengan foramen occipitale magnum. Pada processus mastoideus melekat otot, antara lain m.sternocleidoimastoideus. Antara pars mastoidea dengan pars tympanica (tympanica plate) terdapat fissura tympanomastoidea, yang dilalui oleh ramus auricularis nervi vagi.5,6
- Pars petrosa, berada di bagian profunda. Bagian apeks pars petrous terhubung dengan telinga tengah dan bagian bertulang tuba eustachius.4,6
Telinga
tengah terdiri dari :
1. Membran
timpani, dibentuk
dari dinding lateral kavum timpani yang memisahkan liang telinga luar
dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata
9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm dengan
ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Secara Anatomis membran timpani dibagi
dalam 2 bagian, yaitu: pars
tensa dan pars flaksida. Pars tensa merupakan bagian terbesar dari
membran timpani suatu per-mukaan yang tegang dan bergetar dengan
sekelilingnya yang menebal dan me-lekat di anulus timpanikus pada
sulkus timpanikus pada tulang dari tulang tem-poral. Pars flaksida
atau membran Shrapnell,
letaknya dibagian atas muka dan
lebih tipis dari pars tensa. Pars
flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleo-laris anterior
(lipatan muka) dan plika maleolaris posterior (lipatan
belakang).1,5,6
2. Kavum timpani,
merupakan rongga yang disebelah
lateral dibatasi oleh membran timpani, disebelah medial oleh
promontorium, di sebelah superior oleh tegmen timpani dan inferior
oleh bulbus jugularis dan n. Fasialis. Dinding posterior dekat ke
atap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum
timpani dengan antrum mastoid melalui epitimpanum. Pada bagian
posterior ini, dari medial ke lateral, terdapat eminentia piramidalis
yang terletak di bagian superior-medial dinding posterior, kemudian
sinus posterior yang membatasi eminentia piramidalis dengan tempat
keluarnya korda timpani.
Kavum timpani terutama berisi
udara yang mempunyai ventilasi ke nasofaring melalui tuba Eustachius.
Menurut ketinggian batas superior dan inferior membran timpani, kavum
timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan
bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran
timpani, mesotimpanum yang merupakan ruangan di antara batas atas
dengan batas bawah membran timpani, dan hipotimpanum yaitu bagian
kavum timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran
timpani. Di dalam kavum timpani terdapat tiga buah tulang pendengaran
(osikel), dari luar ke dalam maleus, inkus dan stapes. Selain itu
terdapat juga korda timpani, muskulus tensor timpani dan ligamentum
muskulus stapedius.5
3. Prosesus mastoideus,
rongga mastoid berbentuk seperti
segitiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa
kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii
posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah
tersebut dan pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad
antrum.5
4. Tuba eustachius,
terdiri dari 2 bagian yaitu : bagian tulang yang terdapat pada bagian
belakang dan pendek (1/3 bagian) dan bagian tulang rawan yang
terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Fungsi tuba Eusthachius untuk
ventilasi telinga yang mempertahankan keseimbangan tekanan udara di
dalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drainase sekret yang
berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring dan menghalangi
masuknya sekret dari nasofaring menuju ke kavum timpani.5
Telinga Tengah1,6
Telinga
dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semi
sirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helicotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule.
Kanalis
semisircularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibule bagian atas, skala timpani timpani di sebelah bawah
dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan
skala timpani berisi perilimfa berbeda denga endolimfe. Hal ini
penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membrane vestibuli sedangkan dasar skala media adalah membrane
basalis. Pada membrane ini terletak organ korti.
Saraf yang
Melalui Lobus Temporalis
Nervus fasialis
memasuki tulang temporal melalui canal auditori internal. Canalis
auditori internal terletak disebelah superior nervus koklearis dan
disebelah anterior nervus vestibularis superior. Batang utama nervus
tersebut berjalan disepanjang dinding medial cavum timpani disebelah
superior jendela oval kemudian berbelok disekitar jendela oval
kemudian melalui daerah inferior secara vertical. 6
Di daerah intra
temporal bercabang menjadi tiga bagian melalu kavum mastoid (1) otot
stapedius (2) menginervasi meatus akustikus eksterna dan (3) korda
timpani. Dua cabang terakhir sangat berguna sebagai penunjuk saat
operasi dilakukan.6
Komplikasi otitis
media terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah yang normal
dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur
sekitarnya. Pertahanan pertama ini adalah mukosa kavum timpani yang
juga seperti mukosa saluran napas, mampu melokalisasi infeksi. Bila
sawar ini runtuh, masih ada sawar ke dua, yaitu dinding tulang kavum
timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak
di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan
terjadinya abses periosteal, suatu komplikasi yang tidak berbahaya.
Apabila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal maka akan
menyebabkan paresis n.fasialis atau labirinitis. Bila ke arah
kranial, akan menyebabkan abses ekstradural,tromboflebitis sinus
lateralis, meningitis dan abses otak.1
Bila sawar tulang
terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi
akan terbentuk.1,x
Pada otitis media supuratif akut atau eksaserbasi akut penyebaran
biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan pada
kasus yang kronik, penyebaran melalui erosi tulang. Cara penyebaran
lainnya ialah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya
masuk melalui fenestra rotundum, meatus akustikus eksternus, duktus
perilimfatik dan duktus endolimfatik.1
Dari gejala dan
tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu
infeksi telinga tengah ke intracranial.1
Penyebaran
hematogen melalui
osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya1,x
:
- Komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi pada hari pertama atau kedua sampai hari kesepuluh
- Gejala prodromal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis lokal
- Pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh, dan tulang serta lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika.
Penyebaran
melalui erosi tulang dapat
diketahui, bila1
:
- Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit
- Gejala prodromal infeksi local biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas, misalnya paresis nervus fasialis ringan yang hilang timbul mendahului paresis n.fasialis yang total, atau gejala meningitis local mendahului meningitis purulenta
- Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara focus supurasi dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka biasanya dilapisis oleh jaringan granulasi.
Penyebaran
melalui jalan yang sudah ada
dapat diketahui bila1
:
- Komplikasi terjadi pada awal penyakit
- Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin dapat ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang atau riwayat otitis media yang sudah sembuh. Komplikasi intracranial mengikuti komplikasi labirinitis supuratif
- Pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melaui sawar tulang yang bukan oleh karena erosi.
- Diagnosis Komplikasi yang Mengancam
Pengenalan yang
baik tehadap perkembangan suatu penyakit telinga merupakan prasyarat
untuk mengetahui timbulnya komplikasi. Bila dengan pengobatan
medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinis dengan tidak
berhentinya otorhea dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan
berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan maka harus
diwaspadai terjanya komplikasi. Pada stadium akut, naiknya suhu
tubuh, nyeri kepala atau adanya tanda toksisitas seperti malaise,
perasaan mengantuk (drowsiness), somnolen atau gelisah yang menetap
dapat merupakan tanda bahaya. Timbulnya nyeri kepala didaerah
parietal atau oksipital dan adanya keluhan mual, muntah yang
proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selama terapi
diberikan merupakan tanda komplikasi intrakranial.1
Pada OMSK,
tanda-tanda penyebaran penyakit dapat terjadi setelah sekret berhenti
keluar. Hal ini menandakan adanya sekret purulen yang terbendung.1
Pemeriksaan
neurologimemberikan informasi yang dibutuhkan untuk diagnosis
supuratif labirinitis, fascial paralisis, dan complikasi
intracranial. Sebagai tambahan dalam memeriksa fungsi saraf cranial,
pemeriksa harus mengetahui kesadaran pasien, mengetahui respon
meningeal sign dan mengevaluasi adanya deficit pada serebellum atau
serebrum. 4
Pemeriksaan
radiologik dapat membantu memperlihatkan kemungkinan kerusakan
dinding mastoid, tetapi untuk yang lebih akurat diperlukan
pemeriksaan CT scan. Erosi tulang merupakan tanda nyata komplikasi
dan memerlukan tindakan operasi segera. CT scan berfaedah untuk
menentukan letak anatomi lesi. Walaupun mahal, pemeriksaan ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sehingga terapi dapat diberikan
lebih cepat dan efektif.Untuk melihat lesi di otak, misalnya abses
otak, hidrosefalus dan lain-lain dapat dilakukan pemeriksaan CT scan
otak tanpa dan dengan kontras.1
Magnetic resonace
imaing (MRI) jauh lebih sensitif dibandingkan dengan CT scan dalam
mendiagnosa infeksi atau abses pada parenkim otak, abses epidural,
thrombosis sinus lateralis, atau empiema subdural.4
- KOMPLIKASI INTRATEMPORAL OMSK
Menurut Shambough
(2003) komplikasi OMSK terbagia atas1:
a.
Komplikasi
Intratemporal
-
Perforasi
membran timpani.
-
Mastoiditis
akut.
-
Parese
nervus fasialis.
-
Labirinitis.
-
Petrositis.
b.
Komplikasi
Ekstratemporal.
-
Abses
subperiosteal.
c.
Komplikasi
Intrakranial.
-
Abses
otak.
-
Tromboflebitis.
-
Hidrocephalus
otikus.
-
Empiema
subdural/ ekstradural.
Cara
penyebaran infeksi1
:
- Erosi langsung dari tulang oleh karena proses inflamasi (osteitis)
- Tromboflebitis yang terinfeksi karena vena emisari melewati tulang
- Jalur yang dilalui seperti oval window, round window atau defek operasi dan sepanjang garis fraktur di tulang temporal.
MASTOIDITIS
Merupakan komplikasi
tersering otitis media supuratif. Terjadi ketika ada ekstensi dari
infeksi ke air cell mastoid dengan supurasi dan kehilangan septum
interseluler. Komplikasi ini sering mengenai anak-anak.1,7
- Mastoiditis Akut
Gejala
klinis2,3
:
- Nyeri telinga yang meningkat
- Demam tinggi atau rekuren
- Otore yang semakin banyak dan persisten
- Tampak pembengkakan postaurikuler
- Tenderness di sekitar antrum mastoid, kadang-kadang abses subperiosteal berkembang selama proses mastoid
- Membran timpani perforasi dan sekret telinga atau kelihatan merah dan bulging, jika membran timpani normal pasien tidak menderita mastoiditis akut.
Investigasi
2
:
- CT Scan lebih akurat dan dapat memperlihatkan komplikasi yang lainnya. CT Scan memperlihatkan gambaran opak dan koalesen air cell
- Evaluasi Audiologi kadang-kadang dibutuhkan pada mastoiditis
- Kultur dan tes sensitivitas dari sekret telinga
Terapi
2,3,8:
- Antibiotik spectrum luas sebaiknya diberikan secara intravena, misalnya vancomycin dan ceftriaxone.
- Analgesik, antipiretik dan antiinflamasi
- Dekongestan nasal, lokal dan sistemik untuk meningkatkan fungsi tuba auditiva
- Jika terdapat abses subperiosteal atau respon antibiotik tidak tampak perubahan dan pengobatan operasi komplit diindikasikan dengan masoidektomi kortikal.
- Mastoiditis subakut (masking mastoiditis)
Mastoiditis subakut
dapat terjadi ketika pengobatan yang tidak adekuat dari pengobatan
otitis media akut sebagai hasil dari infeksi ringan rongga mastoid.
Gejala dan tanda klinis sama dengan akut mastoiditis, tetapi lebih
berat dan persisten. Diagnosis
dibuat dengan menggunakan CT Scan.3,9
Kebanyakan
kasus membutuhkan ventilasi dari telinga tengah dikombinasikan dengan
antibiotik. Jika pengobatan gagal dalam menyingkirkan infeksi,
mastoidektomi kortikal diindikasikan.3
- Mastoiditis kronik
Biasanya terjadi
pada otitis media kronik dengan jaringan granulasi yang melibatkan
mastoid, erosi tulang dan dapat menyebabkan komplikasi lain.
Mastoiditis kronik paling sering ditemukan di mastoid-mastoid
sklerotik. Terapi untuk mastoiditis kronik yaitu mastoidektomi dengan
atau tanpa timpanoplasti. Antibiotik yang digunakan ciprofloxacin
peroral dengan atau tanpa klindamisin, piperacillin / tazobactam IV.
2,8
PARESIS
NERVUS FASIALIS
Paresis n.fasialis
dapat terjadi pada otitis media akut dan kronik. Terdapat dua
mekanisme yang dapat menyebabkan paralisis nervus fasialis yaitu :1.
Hasil toksin bakteri di daerah tersebut 2. Dari tekanan langsung
terhadap saraf oleh kolesteatoma atau jaringan granulasi. Pada otitis
media akut, penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis khususnya
pada anak terjadi ketika kanalis nervus fasialis pada telinga tengah
mengalami congenital dehiscent atau
saraf terkena akibat kontak langsung dengan materi purulen
sehingga dapat menimbulkan inflamasi dan edema pada saraf dan
menyebabkan paresis.1,3,10
Pada otitis media
kronik bisa mengikis kanal nervus fasialis atau sarafnya dapat
dilibatkan dengan osteitis, kolesteatom dan jaringan granulasi,
disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis. Manifestasi klinik
yang tampak yaitu paralisis nervus fasialis bagian bawah, ipsilateral
terhadap telinga yang sakit.3
Pada otitis media
akut operasi dekompresi kanalis fasialis tidak diperlukan. Perlu
diberikan antibiotik dosis tinggi dan terapi penunjang lainny, serta
menghilangkan tekanan di dalam kavum timpani dengan drainase.
Jika terjadi congenital dehiscent maka perlu dilakukan miringotomi
dengan aspirasi pus dari telinga tengah diikuti dengan pemberian
antibiotik yang kebanyakn menyebabkan resolusi parese yang sinakat.
Bila dalam jangka waktu tertentu tidak ada perbaikan setelah diukur
dengan elektrodiagnostik, barulah dipikirkan untuk melakukan
dekompresi. Pada otitis media kronik diindikasikan operasi eksplorasi
mastoid. Tindakan dekompresi kanalis n. fasialis harus segera
dilakukan tanpa harus menunggu pemeriksaan elektrodiagnostik.1,2,3,7
LABIRINITIS
Labirinitis yang
mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general),
dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat. Sedangkan
labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) yang
menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja. Labirinitis
dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis bakteri
(supuratif) mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari rongga
telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh kolesteatom atau
melalui foramen rotundum dan foramen ovale. Infeksi
dapat mencapai labirin dengan erosi dari kanalis semisirkular lateral
dengan kolesteatoma atau dengan invasi bakteri melewati round window
ke ruang perilimfe. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu
labirinitis serosa dan supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk
labirinitis serosa difus dan sirkumskripta. Labirinitis supuratif
dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan kronik
difus.3,7,8,11
Pada labirinitis
serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin,
sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan
osifikasi. Erosi tulang pada telinga dalam oleh kolesteatoma (paling
sering kanalis semisirkular lateral) memperlihatkan rute alternatif
untuk infeksi telinga dalam.3,7,8
Gejala
klinik2
:
- Vertigo yang ringan pada labirintitis serosa dan berat pada labirinitis purulenta
- Mual dan muntah
- Nistagmus
- Terdapat tes fistula positif : tekanan pada tragus menyebabkan vertigo atau deviasi mata karena pergerakan dari perilimfe dan tes fistula negatif bia fistulanya sudah tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati/paresis kanal.
- Dapat memperlihatkan ketulian sensorineural pada labirinitis purulenta
Terapi1,2,11
:
- Tujuan utama terapi labirinitis yaitu mengeradikasi infeksi, Mencegah terjadinya progresifitas penyakit dan kerusakan vestibulokoklea yang lebih lanjut, dan mencegah meningitis dengan penggunaan antibiotik.
- Pemberian antibiotik yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan atau tanpa kolesteatom. Dapat diberikan obat vestibule-sedatif dan nutrisi yang adekuat.
- Pada fistula di labirin dilakukan eksplorasi mastoid pada otitis media kronik untuk menutup fistula yang didapatkan pada kanalis semisirkuler lateral, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali.
- Mastoidektomi untuk mengeradikasi patologis telinga
- Labirinektomi : untuk menyalurkan telinga dalam yang terinfeksi
- Rehabilitasi untuk ketulian dengan alat bantu dengar atau implant koklear.
Fistula
of the right lateral semicircular canal (arrow) seen on axial
temporal bone CT.
(Image
used by permission from Head and Neck Archive, Advanced Medical
Imaging Reference Systems [AMIRSYS], Salt Lake City, UT. Accessed
January, 2003.)
PETROSIS
Hampir
sepertiga tulang temporal memiliki sel-sel udara dalam apeks petrosa.
Sel-sel ini menjadi terinfeksi melalui perluasan langsung dari
infeksi telinga tengah dan mastoid.
Terdapat beberapa cara penyebaran infeksi dari telingah tengah ke
os.petrosa. yang sering adalah penyebaran langsung ke sel-sel udara
tersebut. Infeksi dapat menyebar ke apeks petrosa dan melibatkan
nervus cranial VI. Petrosis
merupakan salah satu komplikasi persisten setelah mastoidektomi
kortikal atau radikal yang tidak adekuat sebelumnya. 1,3,7,8
Manifestasi
klinis 2
:
Petrosis
terdiri dari trias gejala yang disebut Gradenigo’s sindrom yang
terdiri dari :
- Diplopia dari kelemahan rektus lateralis
- Nyeri reto-orbital (karena melibatkan divisi oftalmika nervus trigeminus)
- Otore yang persisten
Investigasi
2:
- CT Scan merupakan alat diagnostik
Contrast
CT scan showing petrous apicitis. Arrows show opacification of
petrous apex air cells.
(Image
used by permission from Head and Neck Archive, Advanced Medical
Imaging Reference Systems [AMIRSYS], Salt Lake City, UT. Accessed
January, 2003.)
Pengobatan
2
:
1.Pemberian
antibiotik untuk mencegah komplikasi intracranial.
2.Eksplorasi
mastoid dengan drainase di sel apikal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar